POHON KEPUTUSAN (DECISION TREE)

Pengertian

Pohon keputusan (atau decision tree) merupakan model  analisis pemecahan masalah pengambilan keputusan dimana pemetaan mengenai alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil dari masalah tersebut. Pohon tersebut juga memperlihatkan faktor-faktor kemungkinan/probablitas yang akan mempengaruhi alternatif-alternatif keputusan disertai dengan estimasi hasil akhir yang akan didapat bila kita mengambil alternatif keputusan tersebut.

Tujuan pohon keputusan atau decision tree, yaitu :

  • Memahamu kasus dan seluruh aspek yang terkait
  • Menggambarkan kerangka berfikir yang sistematis
  • Menggambarkan struktur pengambilan keputusan yang dilakukan desicion maker sepanjang tahapan atau urutan waktu termasuk seluruh kemungkinan keputusan dan outcome

Kelebihan Pohon Keputusan

  • Daerah pengambilan keputusan yang sebelumnya kompleks dan sangat global, dapat diubah menjadi lebih simpel dan spesifik.
  • Eliminasi perhitungan-perhitungan yang tidak diperlukan, karena ketika menggunakan metode pohon keputusan maka sample diuji hanya berdasarkan kriteria atau kelas tertentu.
  • Fleksibel untuk memilih fitur dari internal node yang berbeda, fitur yang terpilih akan membedakan suatu kriteria dibandingkan kriteria yang lain dalam node yang sama. Kefleksibelan metode pohon keputusan ini meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan jika dibandingkan ketika menggunakan metode penghitungan satu tahap yang lebih konvensional
  • Dalam analisis multivariat, dengan kriteria dan kelas yang jumlahnya sangat banyak, seorang penguji biasanya perlu untuk mengestimasikan baik itu distribusi dimensi tinggi ataupun parameter tertentu dari distribusi kelas tersebut. Metode pohon keputusan dapat menghindari munculnya permasalahan ini dengan menggunakan criteria yang jumlahnya lebih sedikit pada setiap node internal tanpa banyak mengurangi kualitas keputusan yang dihasilkan.

Kekurangan Pohon Keputusan

  • Terjadi overlap terutama ketika kelas-kelas dan criteria yang digunakan jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan meningkatnya waktu pengambilan keputusan dan jumlah memori yang diperlukan.
  • Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah pohon keputusan yang besar.
  • Kesulitan dalam mendesain pohon keputusan yang optimal.
  • Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon keputusan sangat tergantung pada bagaimana pohon tersebut didesain.

Contoh Kasus Pohon Keputusan

Perusahaan “F” (tempat saya bekerja) sedang membuka beberapa lowongn kerja, salah satu lowongan yang paling urgent adalah kebutuhan karyawan dari jurusan teknik yang ada di salah universitas negeri di Malang, perusahaan F harus bersaing dengan perusahaan bonafid lainnya dalam mendapatkan karyawan dari lulusan kampus tersebut. Ada beberapa alernatif yang dipikirkan tim HRD dalam merekrut karyawan dari jurusan teknik kampus tersebut untuk memenuhi kebutuhan karyawan.

Gambar Pohon Keputusan

Nama : Sevila Nisya Kusmayadi

NPM : 021104080

Kelas : B Reg. B2/Manajemen

Dosen Pengampu: Iis Rostiawati S.E., M.M.

 

Sumber:

http://lindasilfia.blogspot.com/2017/06/makalah-teori-keputusan-dan-pohon.html#targetText=Pohon%20keputusan%20adalah%20salah%20satu,keputusan%20dan%20aturan%2Daturan%20keputusan.

Presentasi Kelompok 3 Fahmi & Agung

STRUCTURING THE PROJECT

Nama : Sevila Nisya Kusmayadi

NPM : 0216104080

Kelas : B – Reguler B2/Manajemen

Dosen Pengampu : Iis Rostiawati S.E., M.M.

Organisasi

  • Dahlan Al Barry, Organisasi merupakan pengaturan dan penyusunan bagian-bagian tertentu hingga menjadi satu kesatuan, aturan dan susunan dari berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan gabungan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
  • Atmosudirdjo dalam buku Wursanto (2005:53)mengemukakan bahwa Organisasi itu sebagai struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang-orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan yang tertentu.

Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek dapat di definisikan sebagai pengorganisasian dalam lingkup pekerjaan proyek kontruksi yang mempunyai hubungan kerjasama yang baik dan bertanggung jawab antara semua unsur-unsur yang terkait agar dapat mencapai suatu keberhasilan semua jenis pekerjaan yang dihasilkan, ketetapan, dan kelancaran pekerjaan.

Struktur organisasi proyek dibentuk agar pelaksanaan proyek berjalan dengan lancar tanpa adanya tumpang tindih anatara wewenang dan kewajiban, karena hal tersebut setiap unit kerja yaitu pemilik proyek, konsultan dan kontraktor perlu mengatur sistem organisasi masing-masing dengan ketentuan yang dihadapi.

Unsur-unsur pengelola proyek

Pemilik Proyek

Pemilik proyek disebut juga sebagai pemberi tugas, owner atau bouwheer adalah suatu badan usaha atau perorangan, baik pemerintah maupun swasta yang memiliki, memberikan pekerjaan, serta membiayai suatu proyek dalam proses pembangunan suatu bangunan. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai pemilik proyek antara lain adalah :

  • Menunjuk dan mengangkat wakilnya bagi kebutuhan perencanaan dan pelaksanaan, dalam hal ini mengangkat kontraktor pelaksana, pengawas proyek yang telah terpilih melalui sistem lelang.
  • Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu dan waktu pelaksanaan.
  • Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi antara bawahannya dengan pihak pemborong.
  • Menyediakan dan mengusahakan pendanaan bagi kontraktor pelaksana.
  • Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan dengan memperhatikan pertimbangan yang diberikan oleh konsultannya.

Konsultan QS (Quantity Surveyor)

Konsultan QS ini ditunjuk oleh pemilik proyek sebagai orang atau badan yang mengatur biaya, waktu, kontrak untuk pekerjaan dalam proyek serta serta bernegosiasi. Adapun alasan untuk menggunakan jasa Konsultan QS ini karena pemilik proyek tidak punya suatu badan atau orang yang biasa mengatur pendanaan.

Wewenang dan tanggung jawab sebagai pengatur biaya, waktu, kontrak  antara lain adalah :

  • Pengadaan  kontrak kepada pihak-pihak penyediakan jasa (kontraktor-kontraktor dan konsultan-konsultan).
  • Bernegosiasi harga-harga bahan dan jasa kepada pihak penyedia jasa.
  • Memastikan lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam proyek.
  • Melaporkan hasil dari kontrak yang telah di setujui oleh penyedia jasa kepada pemilik proyek.

 

Konsultan Perencana

Konsultan perencana mempunyai kewajiban atau tugas yang merencanakan suatu rencana dalam perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal / elektrikal, dengan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik proyek. Adapun tugas atau kegiatan dari konsultan perencana sebagai berikut :

  • Membuat sketsa dan memberikan suatu gagasan gambaran pekerjaan, meliputi pembagian ruang, rencana pelaksanaan dan lainnya.
  • Membuat gambar detail / penjelasan lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
  • Membuat rencanan kerja dan syarat-syarat (RKS) dan rencana anggaran biaya (RAB).
  • Tempat berkonsultasi jika ada hal-hal yang meragukan dibidang arsitektural, struktur dan ME.

Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama Pemilik Proyek (owner). Pengawas harus mampu bekerjasama dengan Konsultan Perencana dalam suatu proyek.

Pengawas Proyek mempunyai kegiatan sebagai berikut :

  • Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan, petunjuk dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti hasil-hasil yang telah dikerjakan.
  • Memberi rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana untuk meminta dana kepada Pemilik Proyek (owner) guna membiayai pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
  • Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari spesifikasi dan gambar-gambar teknis.
  • Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek kepada Pemilik Proyek (owner).

Kontraktor

Kontraktor pelaksana adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Berupa perorangan maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Yang telah ditetapkan dari pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK). Kontraktor pelaksana ini bekerja dengan mengacu pada gambar kerja (bestek), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah disusun sebelumnya.  Adapun kegiatan dari Kontraktor Pelaksana yaitu :

  • Melaksanakan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak kerja, baik dari segi schedulingpelaksanaan maupun masa pemeliharaan.
  • Mematuhi dan melaksanakan segala petunjuk yang diberikan oleh Direksi.
  • Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pelaksana harus membuat dan menyerahkan gambar kerja (shop drawing)serta metode kerja.
  • Menyediakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan: biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaandan keamanan kerja.
  • Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan yang diserahkan kepada Direksi.
  • Bertangung jawab atas kualitas dan mutu pekerjaan.
  • Membayar ganti rugi akibat kecelakaan yang terjadi pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
  • Berhak menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaaan yang telah selesai dari pemberi tugas dengan kesepakatan yang tercantum dari kontrak kerja.

Kontraktor Pelaksana perlu menyusun sebuah struktur orgnisasi yang didalamnya tercantum alur-alur pemberian perintah kerja atau tugas pada masing-masing jabatan untuk bekerja dengan maksimal dan tidak terjadi overlapping tanggung jawab. Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor pelaksana dibantu oleh sub-sub kontraktor yang ditunjuk oleh kontraktor pelaksana yang berupa perorangan maupun badan hukum

Manajer Proyek

Manajer proyek adalah perwakilan dari kontraktor yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan pekerjaan proyek, sesuai dengan manajemen proyek dan perencanaan proyek secara menyeluruh.

Shtub (1994) menggambarkan diagram kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang manajer proyek. Diantaranya adalah:

Budgeting and Cost Skills
Kemampuan dalam hal membuat anggaran biaya proyek memiliki peran yang sangat penting. Dengan demikian manajer proyek dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam hal analisis biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar keuangan proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia dana.

Time Management Skills
Perencanaan proyek membutuhkan kemampuan untuk menjadwalkan proyek. Disini manajer proyek dituntut untuk dapat mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan aktivitas yang diperlukan. Selain itu manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi setiap aktivitas secara realistis. Kemudian, manajer proyek harus mengatur waktu peringatan untuk mengindikasikan tanggal-tanggal kritis selama proyek berlangsung.

Technical Skills
Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme proyek. Kemampuan teknis biasanya di dapat dari penimbaan ilmu khusus di bangku formal, misalnya Institut Manajemen Proyek, dan sebagainya.

Leadership Skills
Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer proyek menandakan bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja. Dengan ini manajer proyek dapat mempengaruhi bagaimana orang lain dapat bertindak dan bereaksi terhadap isu-isu proyek. Grey&Larson (2006) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi teladan sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang melingkupinya, antara lain :

  • Prioritas
  • Urgensi
  • Pemecahan masalah
  • Kerjasama
  • Standar Kinerja
  • Etika

Sumber:

http://tekniksipilamatir.blogspot.com/2017/04/pengertian-struktur-organisasi-proyek.html

http://amriwidiangga.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-pengelola-proyek.html

https://manajemenproyekindonesia.com/?p=857

KOMPONEN PROSES EVALUASI DAN POHON KEPUTUSAN

Nama : Sevila Nisya Kusmayadi

NPM : 0216104080

Kelas : B – Reguler B2/ Manajemen

Dosen Pengampu : Iis Rostiawati, S.E., M.M.

Project Selection

Project Selection merupakan proses yang digunakan untuk memilih proyek yang mana prioritas setiap gagasan proyek akan dinilai dari berbagai perspektif. Pada tahapan ini proyek hanya sebatas saran dan ide untuk perbaikan masalah atau meningkatkan kinerja. Proses pemilihan proyek ini akan menyaring proyek yang bermutu, yaitu proyek yang mampu memberikan dampak besar, tingkat kesuksesan yang tinggi, dan menggunakan effort yang masih terjangkau oleh Organisasi. Effort dalam hal ini adalah waktu dan biaya.

Project selection dibutuhkan untuk membantu para project leader menaikkan kepercayaan diri (confidence) dalam memutuskan proyek sehingga tepat untuk dieksekusi ketika perusahaan memiliki banyak project yang menantang untuk dikerjakan.

Tujuan project selection adalah untuk mengetahui resiko-resiko yang akan terjadi dalan proyek, seperti:

  • Technical Risk
  • Financial Risk
  • Safety Risk
  • Quality Risk
  • Legal Exposure

Selain itu untuk mengetahui keuntungan yang didapat, seperti:

  • Diharapkan adanya ROI
  • Payback Period
  • Potential Market Share
  • Long-term market dominance

Project Evaluation (Evaluasi Proyek)

Dikenal juga sebagai studi kelayakan proyek (atau studi kelayakan bisnis pada proyek bisnis), merupakan pengkajian suatu usulan proyek (atau bisnis), apakah dapat dilaksanakan (go project) atau tidak (no go project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek dapat dilaksanakan dengan berhasil, sehingga dapat menghindari keterlanjuran investasi modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

Dilihat dari kapan evaluasi dilakukan pada proyek, dapat dibedakan 4 jenis evaluasi proyek:

  • Evaluasi terhadap usulan proyek yang akan didirikan (pre-project evaluation);
  • Evaluasi terhadap proyek yang sedang dibangun (on-construction project evaluation);
  • Evaluasi terhadap proyek yang telah dioperasionalisasikan (on-going project evaluation).
  • Evaluasi terhadap proyek yang telah berakhir (post-project evalution study).

Hal-Hal yang Perlu Diketahui dalam Evaluasi Proyek Sebelum dilakukan suatu evaluasi proyek, perlu diidentifikasikan hal-hal berikut:

  • Ruang Lingkup Kegiatan Proyek, yakni pada bidang-bidang apa saja proyek akan beroperasi (mission statement of business).
  • Cara kegiatan proyek dilakukan, yakni apakah proyek akan ditangani sendiri, atau ditangani juga oleh (beberapa) pihak lain?
  • Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan keberhasilan seluruh proyek, yakni mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan proyek.
  • Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti: material, tenaga kerja, dan sebagainya, tetapi juga fasilitas-fasilitas pendukung seperti jalan raya, transportasi, dan sebagainya.
  • Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.
  • Akibat-akibat yang bermanfaat ataupun yang tidak dari adanya proyek tersebut.
  • Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek, beserta jadwal masing-masing kegiatan tersebut.

Tahapan-Tahapan Evaluasi Proyek Evaluasi Proyek dapat dibagi menjadi beberapa tahap:

  • Tahap Penemuan ide, yakni penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk dari proyek. Jika terdapat lebih dari satu ide, maka biasanya pengambil keputusan akan dipengaruhi oleh tiga faktor:

(1) intuisi bisnis dari pengambil keputusan;

(2) pengambil keputusan memahami teknis dari proyek;

(3) keyakinan bahwa proyek mampu menghasilkan laba.

  • Tahapan Penelitian; yakni meneliti beberapa alternatif proyek dengan berbagai metode ilmiah. Dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah data berdasarkan metode yang relevan, menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang sesuai; menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil penelitian.
  • Tahap Evaluasi (Evaluasi Pendahuluan dan Evaluasi Kelayakan Proyek). Evaluasi berarti membandingkan sesuatu berdasarkan satu atau lebih standar atau kriteria, dimana standar atau kriteria ini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Hal yang diperbandingkan dalam evaluasi kelayakan proyek biasanya adalah manfaat (benefit) dengan seluruh biaya yang akan timbul.
  • Tahap Pengurutan Usulan yang Layak. Apabila terdapat lebih dari satu usulan rencana proyek yang dianggap layak, dan bila manajemen memiliki keterbatasan dalam menjalankan proyek-proyek tersebut, maka manajemen dapat menentukan prioritas usulan yang layak berdasarkan kriteria-kriteria pengurutan (ranking) yang telah ditentukan.
  • Tahap Rencana Pelaksanaan. Setelah ditentukan rencana proyek mana yang akan dijalankan, perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan (konstruksi) proyek; mulai dari penentuan jenis pekerjaan, waktu yang dibutuhkan untuk setiap pekerjaan; jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana; ketersediaan dana dan sumberdaya lainnya; kesiapan manajemen, dll.
  • Tahapan Pelaksanaan, yakni tahap merealisasikan konstruksi proyek tersebut. Jika proyek selesai dikonstruksi, maka proyek dioperasionalisasikan. Dalam operasionalisasi ini, diperlukan juga kajian-kajian untuk mengevaluasi operasionalisasi proyek. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai feedback bagi perusahaan untuk selalu mengkaji ualng proyek secara terus-menerus.

Scoring Model

Scoring model adalah model pemilihan proyek yang memberikan peringkat pada setiap kriteria pembangunan proyek sesuai dengan kepentingannya. Scoring model ini dilakukan dengan cara memberikan nilai (score) terhadap komponen-komponen yang telah ditentukan sesuai dengan bobot kepentingannya.

Model penilaian Membutuhkan

  • kesepakatan tentang kriteria
  • kesepakatan tentang bobot untuk kriteria
  • skor yang ditetapkan untuk setiap kriteria

contoh scoring model

(A) (B) (A)X(B)
Project Criteria Importance Weight Score Weighted Score
Project A Cost 1 3 3
Profit potential 2 1 2
Development Risk 2 1 2
Time to Market 3 2 6
Total Score 13
Project B Cost 1 2 2
Profit Potential 2 2 4
Development Risk 2 2 4
Time to Market 3 3 9
Total Score 19

 

Checklist Model

Merupakan pemilihan proyek berdasarkan daftar kriteria yang berhubugan dengan pilihan proyek atau daftar kriteria yang diterapkan untuk proyek-proyek yang mungkin. Meode ini membutuhkan kesepakatan tentang kriteria dan menganggap semua kriteria sama pentingnya. Metode cheklist ini  berfungsi untuk mencatat opini dan mendorong diskusi.

Contoh checklist model

Performance on Criteria  
Project Criteria High Medium Low  
Project A Cost V  
Profit Potential v  
Time to market v  
Development Risk v  
Project B Cost v  
Profit Potential v  
Time to market V  
Development Risk v  
Project C Cost V  
Profit Potential V  
Time to market v  
Development Risk V  
Project D Cost v  
Profit to potential v  
Time to market V  
Development risk v  
(A) (B) (A)X(B)
Project Criteria Importance Weight Score Weighted Score
Project A Cost 1 3 3
Profit potential 2 1 2
Development Risk 2 1 2
Time to Market 3 2 6
Total Score 13
Project B Cost 1 2 2
Profit Potential 2 2 4
Development Risk 2 2 4
Time to Market 3 3 9
Total Score 19

 

Pohon keputusan (Decision Tree)

Merupakan model prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki, dan salah satu metode klasifikasi yang paling populer karena mudah untuk diinterpretasi.

Tujuan pohon keputusan atau decision tree, yaitu :

  • Memahamu kasus dan seluruh aspek yang terkait
  • Menggambarkan kerangka berfikir yang sistematis
  • Menggambarkan struktur pengambilan keputusan yang dilakukan desicion maker sepanjang tahapan atau urutan waktu termasuk seluruh kemungkinan keputusan dan outcome

Asumsi dasar decision tree, yaitu :

  • Decision maker hanya mengambil satu keputusan
  • Setiap keputusan hanya mempunyai outcomes tertentu
  • Semua proses menunjukan tahapan waktu (time sequence)

Contoh soal pohon keputusan

  • Asumsikan anda mempunyai sejumlah dana untuk diinvestasikan pada dua alternatif proyek, yaitu proyek A dan B.
  • Peluang proyek A akan memberikan keuntungan adalah 20% dengan nilai keuntungan 50 juta.  Probability gagal 80%.
  • Peluang proyek B akan memberikan keuntungan adalah 45% dengan nilai keuntungan 10 juta. Probability gagal 55%.
  • Buatlah pohon keputusan untuk membantu anda dalam mengambil keputusan
  • Expected Monetary Value :
  • Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai ekonomi yang diharapkan (tertinggi).
  • Formula EMV : EMV = (Probability x nilai payoff yang diharapkan) + (Probability x nilai payoff yang diharapkan)
  • EMVA =  (0.20x 50.000.000 ) + (0.80×0) = 10.000.000
  • EMVB = (0.45x 10.000.000 ) + (0.55×0) = 4.500.00

 Kesimpulan : Pilih proyek A

Sumber

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/guido.benny29/material/evapro02evaprodesaindangagasan.pdf

Presentasi Kelompok 2 (Fahmi & Agung)

 

 

 

 

 

 

 

MANAJEMEN PROYEK

Nama : Sevila Nisya Kusmayadi

NPM : 0216104080

Kelas : C- Reg B2/Manajemen

Dosen Pengampu : Iis Rostiawati, S.E., M.M.

Pengertian proyek dan manajemen proyek

  • Pengertian proyek menurut para ahli

Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman menjelaskan bahwa proyek adalah usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Pada umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.

Nurhayati menjelaskan bahwa sebuah proyek dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa proyek bersifat tidak rutin, bersifat jangka pendek dan memiliki waktu mulai dan waktu selesai  yang bertujuan untuk mencapai tujuan menciptakan hasil atau produk dengan menggunakan anggaran tertentu dan melibatkan berbagai sumberdaya serta berbagai disiplin ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa proyek berbeda dengan kegiatan operasional yang berulang, kegiatannya hamper sama dan berlangsung jangka panjang.

  • Pengertian Manajemen Proyek menurut para ahli

Husen (2009:4), Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja.

Budi santoso (2003;3), Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek.

Bidang utama manajemen proyek

Triangle Constraints

Triangle Constraints atau biasa disebut dengan tiga kendala utama seringkali digunakan oleh para manajer proyek dalam menganalisis dan memahami kesulitan yang mungkin akan terjadi saat penerapan dan pelaksanaan proyek.

  • Waktu

Setiap proyek memiliki batasan waktu dalam pengerjaannya . Waktu penyelesaian tugas dalam suatu proyek sangat tergantung pada jumlah orang dan pengalaman serta keterampilan orang-orang tersebut dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Salah satu penyebab ataupun alasan terjadinya kegagalan dalam memenuhi batas waktu penyelesaian proyek dalam suatu organisasi adalah kurangnya sumber daya yang dimilikinya.

Menurut Buku “Project Management Body of Knowledge (PMBOK)”, proses penanganan waktu dalam manajemen proyek terdiri dari :

  1. Plan Schedule Management (Manajemen Perencanaan Jadwal)
  2. Define Activities (Pendefinisian Kegiatan)
  3. Sequence Activities (Urutan Kegiatan)
  4. Estimate Activity Resources (Estimasi Sumber daya Kegiatan)
  5. Estimate Activity Durations (Estimasi Durasi atau Jangka Waktu Kegiatan)
  6. Develop Schedule (Pengembangan Jadwal)
  7. Control Schedule (Pengendalian Jadwal)
  • Biaya

penganggaran (Budgeting) atau perkiraan biaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memastikan proyek yang dijalankan tersebut dibawah biaya tertentu.

Beberapa proses dalam penanganan Biaya dalam Manajemen Proyek diantaranya seperti :

  1. Cost Estimating, Estimasi Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
  2. Cost Budgeting, Penganggaran biaya yang menggabungkan estimasi biaya sumber daya yang dibutuhkan, paket pekerjaan dan biaya-biaya kegiatan lainnya sehingga membentuk suatu rencana biaya yang sistematis.
  3. Cost Control (Pengendalian Biaya). Faktor-faktor yang mengakibatkan fluktuasinya biaya dapat dikendalikan dengan beberapa alat manajemen biaya.
  • Lingkup (Scope)

Lingkup atau Scope merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh proyek, hal ini harus didefinisikan secara spesfik dan dikomunikasi ke semua anggota tim yang melaksanakan tugas-tugas dalam proyek. Pada umumnya, komponen utama dalam lingkup adalah kualitas produk akhir. Seorang Manajer Proyek harus mengetahui cara untuk mengelola lingkup atau scope suatu proyek termasuk perubahannya yang akan berdampak pada waktu dan biaya.

Enam Tahapan Manajemen Proyek

Setiap Proyek akan mengalami enam tahapan seperti dibawah ini :

  1. Project Definition (Pendefinisian Proyek), yaitu mendefinisikan tujuan proyek dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan agar proyek yang dilaksanakan tersebut berhasil dengan kualitas yang diinginkan.
  2. Project Initiation (Inisialisasi Proyek), yaitu perencanaan awal terhadap sumber daya yang akan digunakan sebelum suatu proyek dimulai.
  3. Project Planning (Perencanaan Proyek), yaitu menguraikan dengan jelas bagaimana sebuah proyek harus dijalankan. Pada Project Planning ini, akan terlihat dengan jelas pentingnya Segitiga Manajemen Proyek yaitu Waktu, Biaya dan Ruang Lingkup suatu Proyek.
  4. Project Execution (Pelaksanaan Proyek), yaitu melakukan pekerjaan agar proyek yang dimaksud tersebut berhasil sesuai dengan keinginan.
  5. Project Monitoring & Control (Pemantauan dan Pengendalian Proyek), yaitu pengambilan langkah-langkah yang diperlukan sehingga pengoperasian proyek berjalan dengan lancar.
  6. Project Closure (Penutupan Proyek), yaitu menerima hasil akhir dari proyek dan menghentikan semua penggunaan sumber daya.

Siklus hidup proyek

  • Tahap 1 – konseptualisasi terdiri dari kegiatan penyusunan dan perumusan gagasan, analisis pendahuluan, dan pengkajian kelayakan atau studi kelayakan berupa dokumen yang berisi aspek-aspek pemasaran, teknik, permintaan, produksi, biaya, manajemen, organisasi, dan jadwal proyek.
  • Tahap 2 – perencanaan terdiri dari melanjutkan evaluasi dari kegiatan konseptual lebih terperinci; menyiapkan perangkat untuk pembuatan dokumen dan kontrak; menyusun perencanaan dan membuat keputusan stratejik yang berkaitan dengan garis penyelenggaraan proyek; peserta proyek yang terdiri dari tim proyek. Dari tahap ini dikeluarkan dokumen-dokumen terkait hasil analisis kelayakan proyek, dokumen stratejik proyek, dokumen anggaran biaya dan jadwal induk, request form proposal (kartu lelang), dokumen evaluasi proposal dari peserta lelang.
  • Tahap 3 – implementasi terdiri dari mengkaji untuk kerja proyek, membuat program implementasi, dan megkomunikasikan kepada peserta dan penganggungjawab proyek , melakukan pekerjaan, pengadaan material & peralatan, desain engineering, melakukan perencanaan & pengendalian biaya, jadwal dan mutu; supervise dan melatih tenaga kerja; produk atau instalasi proyek yang telah selesai dari segi kontraktual yang diberikan dari pemilik proyek kepada kontraktor.
  • Tahap 4 – terminasi terdiri dari mempersiapkan instalasi atau beroperasinya produk; produk siap beroperasi atau dipakai; penyelesaian administrasi

Kriteria sukses proyek

Objective measures:

  • Time

Waktu didefinisikan sebagai perbandingan waktu menyelesaikan proyek dengan durasi yang dialokasikan pada kondisi normal.

  • Cost

Biaya didefinisikan sebagai perbandingan biaya menyelesaikan proyek pada kondisi normal dengan anggaran yang dialokasikan.

  • Health and Safety

Kesehatan dan keselamatan didefinisikan sebagai jumlah kecelakaan yang terjadi selama penyelesaian proyek. Misalnya : injury/accident rate per 1000 workers

  • Profitability

Keuntungan didefinisikan sebagai ukuran keberhasilan financial suatu proyek. Profit sebagai criteria fase post konstruksi karena sudah selesai semua pembayaran dan pengeluaran.

Subjective measures:

  • Quality

Kualitas merupakan kondisi dimana proyek memenuhi spesifikasi teknis, fungsi dan penampakan.

  • Technical Perfomance

Pada proses konstruksi, kejelasan instruksi merupakan hal yang sangat penting untuk meraih keberhasilan. Begitu juga dengan cakupan proyek dan spesifikasi harus jelas dan dimengerti oleh semua pihak.

  • Functionality

Kriteria ini berkaitan dengan ekspektasi partisipan proyek dan dapat diukur melalui derajat konfirmasi terhadap seluruh spesifikasi kinerja.

  • Productivity

Produktivitas dapat diterima secara universal sebagai salah satu criteria keberhasilan proyek, juga menjadi indicator efektifitas biaya proyek. Produktivitas mengacu pada jumlah sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan proyek.

  • Satisfaction

Kepuasan dideskripsikan sebagai tingkat kebahagiaan pihak stakeholder yang dipengaruhi proyek, misalnya klien, arsitek, kontraktor,subkontraktor,surveyor, engineer, end-users serta pihak ketiga.

  • Environmental Sustainability

Akibat dari proyek kinstruksi pada lingkungan biasanya negative. Sebagai contoh, adanya limbah konstruksi, yang diukur dari selisih antara jumlah keseluruhan material yang diantarkan ke lokasi proyek terhadap jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Pada kenyataannya, kebisingan digunakan sebagai kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan proyek.

Sumber:

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00467-MN%20Bab2001.pdf

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-manajemen-proyek-project-management-karakteristik-manajemen-proyek/

https://ilmumanajemenindustri.com/segitiga-manajemen-proyek-dan-tahapan-manajemen-proyek/

Sufa, Mila Faila (2012). Identifikasi Keberhasilan Proyek. Jurnal Performa. Vol. 11 (No.1),19-22

MANAJEMEN PROYEK

Nama : Sevila Nisya Kusmayadi

NPM : 0216104080

Kelas : B- Reg B2/Manajemen

Dosen Pengampu : Iis Rostiawati, S.E., M.M.

Pengertian Proyek Dan Manajemen Proyek

  • Pengertian proyek menurut para ahli

Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman menjelaskan bahwa proyek adalah usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan yang unik. Pada umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama proyek biasanya tertarik dalam penggunaan sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.

Nurhayati menjelaskan bahwa sebuah proyek dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa proyek bersifat tidak rutin, bersifat jangka pendek dan memiliki waktu mulai dan waktu selesai  yang bertujuan untuk mencapai tujuan menciptakan hasil atau produk dengan menggunakan anggaran tertentu dan melibatkan berbagai sumberdaya serta berbagai disiplin ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa proyek berbeda dengan kegiatan operasional yang berulang, kegiatannya hamper sama dan berlangsung jangka panjang.

  • Pengertian Manajemen Proyek menurut para ahli

Husen (2009:4), Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja.

Budi santoso (2003;3), Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek.

Bidang Utama Manajemen Proyek

Triangle Constraints

Triangle Constraints atau biasa disebut dengan tiga kendala utama seringkali digunakan oleh para manajer proyek dalam menganalisis dan memahami kesulitan yang mungkin akan terjadi saat penerapan dan pelaksanaan proyek.

  • Waktu

Setiap proyek memiliki batasan waktu dalam pengerjaannya . Waktu penyelesaian tugas dalam suatu proyek sangat tergantung pada jumlah orang dan pengalaman serta keterampilan orang-orang tersebut dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Salah satu penyebab ataupun alasan terjadinya kegagalan dalam memenuhi batas waktu penyelesaian proyek dalam suatu organisasi adalah kurangnya sumber daya yang dimilikinya.

Menurut Buku “Project Management Body of Knowledge (PMBOK)”, proses penanganan waktu dalam manajemen proyek terdiri dari :

  1. Plan Schedule Management (Manajemen Perencanaan Jadwal)
  2. Define Activities (Pendefinisian Kegiatan)
  3. Sequence Activities (Urutan Kegiatan)
  4. Estimate Activity Resources (Estimasi Sumber daya Kegiatan)
  5. Estimate Activity Durations (Estimasi Durasi atau Jangka Waktu Kegiatan)
  6. Develop Schedule (Pengembangan Jadwal)
  7. Control Schedule (Pengendalian Jadwal)
  • Biaya

penganggaran (Budgeting) atau perkiraan biaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memastikan proyek yang dijalankan tersebut dibawah biaya tertentu.

Beberapa proses dalam penanganan Biaya dalam Manajemen Proyek diantaranya seperti :

  1. Cost Estimating, Estimasi Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
  2. Cost Budgeting, Penganggaran biaya yang menggabungkan estimasi biaya sumber daya yang dibutuhkan, paket pekerjaan dan biaya-biaya kegiatan lainnya sehingga membentuk suatu rencana biaya yang sistematis.
  3. Cost Control (Pengendalian Biaya). Faktor-faktor yang mengakibatkan fluktuasinya biaya dapat dikendalikan dengan beberapa alat manajemen biaya.
  • Lingkup (Scope)

Lingkup atau Scope merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh proyek, hal ini harus didefinisikan secara spesfik dan dikomunikasi ke semua anggota tim yang melaksanakan tugas-tugas dalam proyek. Pada umumnya, komponen utama dalam lingkup adalah kualitas produk akhir. Seorang Manajer Proyek harus mengetahui cara untuk mengelola lingkup atau scope suatu proyek termasuk perubahannya yang akan berdampak pada waktu dan biaya.

Enam Tahapan Manajemen Proyek

Setiap Proyek akan mengalami enam tahapan seperti dibawah ini :

  1. Project Definition (Pendefinisian Proyek), yaitu mendefinisikan tujuan proyek dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan agar proyek yang dilaksanakan tersebut berhasil dengan kualitas yang diinginkan.
  2. Project Initiation (Inisialisasi Proyek), yaitu perencanaan awal terhadap sumber daya yang akan digunakan sebelum suatu proyek dimulai.
  3. Project Planning (Perencanaan Proyek), yaitu menguraikan dengan jelas bagaimana sebuah proyek harus dijalankan. Pada Project Planning ini, akan terlihat dengan jelas pentingnya Segitiga Manajemen Proyek yaitu Waktu, Biaya dan Ruang Lingkup suatu Proyek.
  4. Project Execution (Pelaksanaan Proyek), yaitu melakukan pekerjaan agar proyek yang dimaksud tersebut berhasil sesuai dengan keinginan.
  5. Project Monitoring & Control (Pemantauan dan Pengendalian Proyek), yaitu pengambilan langkah-langkah yang diperlukan sehingga pengoperasian proyek berjalan dengan lancar.
  6. Project Closure (Penutupan Proyek), yaitu menerima hasil akhir dari proyek dan menghentikan semua penggunaan sumber daya.

Siklus Hidup Proyek

  • Tahap 1 – konseptualisasi terdiri dari kegiatan penyusunan dan perumusan gagasan, analisis pendahuluan, dan pengkajian kelayakan atau studi kelayakan berupa dokumen yang berisi aspek-aspek pemasaran, teknik, permintaan, produksi, biaya, manajemen, organisasi, dan jadwal proyek.
  • Tahap 2 – perencanaan terdiri dari melanjutkan evaluasi dari kegiatan konseptual lebih terperinci; menyiapkan perangkat untuk pembuatan dokumen dan kontrak; menyusun perencanaan dan membuat keputusan stratejik yang berkaitan dengan garis penyelenggaraan proyek; peserta proyek yang terdiri dari tim proyek. Dari tahap ini dikeluarkan dokumen-dokumen terkait hasil analisis kelayakan proyek, dokumen stratejik proyek, dokumen anggaran biaya dan jadwal induk, request form proposal (kartu lelang), dokumen evaluasi proposal dari peserta lelang.
  • Tahap 3 – implementasi terdiri dari mengkaji untuk kerja proyek, membuat program implementasi, dan megkomunikasikan kepada peserta dan penganggungjawab proyek , melakukan pekerjaan, pengadaan material & peralatan, desain engineering, melakukan perencanaan & pengendalian biaya, jadwal dan mutu; supervise dan melatih tenaga kerja; produk atau instalasi proyek yang telah selesai dari segi kontraktual yang diberikan dari pemilik proyek kepada kontraktor.
  • Tahap 4 – terminasi terdiri dari mempersiapkan instalasi atau beroperasinya produk; produk siap beroperasi atau dipakai; penyelesaian administrasi

Kriteria Sukses Proyek

Objective measures:

  • Time

Waktu didefinisikan sebagai perbandingan waktu menyelesaikan proyek dengan durasi yang dialokasikan pada kondisi normal.

  • Cost

Biaya didefinisikan sebagai perbandingan biaya menyelesaikan proyek pada kondisi normal dengan anggaran yang dialokasikan.

  • Health and Safety

Kesehatan dan keselamatan didefinisikan sebagai jumlah kecelakaan yang terjadi selama penyelesaian proyek. Misalnya : injury/accident rate per 1000 workers

  • Profitability

Keuntungan didefinisikan sebagai ukuran keberhasilan financial suatu proyek. Profit sebagai criteria fase post konstruksi karena sudah selesai semua pembayaran dan pengeluaran.

Subjective measures:

  • Quality

Kualitas merupakan kondisi dimana proyek memenuhi spesifikasi teknis, fungsi dan penampakan.

  • Technical Perfomance

Pada proses konstruksi, kejelasan instruksi merupakan hal yang sangat penting untuk meraih keberhasilan. Begitu juga dengan cakupan proyek dan spesifikasi harus jelas dan dimengerti oleh semua pihak.

  • Functionality

Kriteria ini berkaitan dengan ekspektasi partisipan proyek dan dapat diukur melalui derajat konfirmasi terhadap seluruh spesifikasi kinerja.

  • Productivity

Produktivitas dapat diterima secara universal sebagai salah satu criteria keberhasilan proyek, juga menjadi indicator efektifitas biaya proyek. Produktivitas mengacu pada jumlah sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan proyek.

  • Satisfaction

Kepuasan dideskripsikan sebagai tingkat kebahagiaan pihak stakeholder yang dipengaruhi proyek, misalnya klien, arsitek, kontraktor,subkontraktor,surveyor, engineer, end-users serta pihak ketiga.

  • Environmental Sustainability

Akibat dari proyek kinstruksi pada lingkungan biasanya negative. Sebagai contoh, adanya limbah konstruksi, yang diukur dari selisih antara jumlah keseluruhan material yang diantarkan ke lokasi proyek terhadap jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Pada kenyataannya, kebisingan digunakan sebagai kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan proyek.

Sumber:

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-1-00467-MN%20Bab2001.pdf

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-manajemen-proyek-project-management-karakteristik-manajemen-proyek/

https://ilmumanajemenindustri.com/segitiga-manajemen-proyek-dan-tahapan-manajemen-proyek/

Sufa, Mila Faila (2012). Identifikasi Keberhasilan Proyek. Jurnal Performa. Vol. 11 (No.1),19-22

Halo UTama !

Selamat datang di Blog Situs SEVILA NISYA KUSMAYADI. Ini adalah posting pertama Anda. Edit atau hapus, lalu mulai ngeblog!